Minggu, 11 Oktober 2015

Pengorbanan

Bagaimana jika aku belalang jantan
Yang tetap mencintai 
Walau akhirnya mati dimakan pasangan hidupku?

Kira kira begini
Banyak dari mereka rela patah hati
Demi orang yang dicinta.

Lantas
Bagaimana dengan mereka 
Yang memendam rasa
Demi menjaga perasaan orang terkasih?

Bukan. Ini bukan tentang pasangan hidup.
Melainkan tentang pengorbanan.
Mengorbankan rasa demi tali persahabatan.

Rasa memang takbisa di salahkan
Tumbuh tanpa benih terkadang
Tumbuh tanpa permisi
Tanpa tau bagaimana aku sekarang

Manusia juga tak bisa disalahkan
Ego memiliki keinginan untuk bebas
Puas
Berlari menguasai dunia

Lalu, bagaimana aku memendam rasa?
Sederhana.
Persahabatan lebih mengerti daripada kekasih.
Mungkin untuk saat ini.

Selasa, 22 September 2015

Rindu

Rindu dalam diam
Seperti aku yang sembunyi dibalik karang
Berharap ombak akan datang

Rindu dalam diam
Seperti aku yang berharap kehadiranmu
Namun hanya acuh yang kudapat

Rindu dalam diam
Sulit mengungkapkan
Namun sakit jika dipendam

Ragu akan kenyataan
Namun hati menggebu
Ingin mengungkapkan

Menunggu hadirnya hujan
Saat kemarau datang

Mungkin akan tetap bertahan
Sampai lelah

Sampai jangkar terangkat
Kapal pun siap berlayar

Ya.
Mungkin sampai engkau pergi
Dan ntah kapan
Akan kembali

Senin, 21 September 2015

Jiwa Membeku

Ketika dingin menusuk membekukan jiwa
Terhempas di atas karang
Menghilang ditelan lautan

Aku bingung
Mengapa aku menjadi korban
Dan mengapa dia menjadi pelaku

Aku hampa
Ketika bintang mengejar bulan
Namun, bulan tetap angkuh
Berdiri sendiri tanpa saingan

Alam menegur
Seperti murka namun diam
Seperti berkata
Bagaimana cara kau bangkit
Saat jatuh tenggelam dalam ombak

Jumat, 01 Mei 2015

Posisiku Mulai Tergantikan

Jangan terlalu senang hanya karena senyuman.
Segaris senyum saja bisa menyakitkan.

Cerita ini baru saja ku alami.
Menyakitkan, namun sedikitnya aku lega.

Tanggal merah. Seorang teman mengajak kami pergi merayakan ulang tahunnya. Disebuah tempat makan ternama.
Aku bersiap dan menjemput sahabat. Ya, sahabat.

Sesampainya disana, sahabat pun langsung membaur bersama yang lain. Begitu pula aku.

Merasa aku mulai di lupakan untuk sejenak.

Kami bercengkrama seperti biasa. Layaknya hati ini turut serta bergembira.
Namun siapa sangka? Pemandangan indah berubah menjadi gelap.

Mencoba berbaur bersama yang lain, namun tetap saja resah. Gelisah.
Mata terus mencari cari sosoknya. Ternyata sedang bersama yang lain.

Untuk beberapa waktu kedepan, posisiku mulai tergantikan.

Pemuda Dibalik Senja

Sore yang cerah tanpa mendung
Matahari yang mendukung sebuah senyuman
Memberikan semangat tiada habis

Saat itu, aku baru saja sampai dirumah temanku.
Mengantarnya pulang.
Kami berbincang di atas motor.
Aku memicingkan mata melihat ke jalanan disebrang sana.
Sebuah rumah, dengan pemuda berkaus merah
Rasanya aku kenal, namun tak terlalu jelas untuk ku lihat.
Teman ku yang ikut melihat pemuda itu, berteriak memanggil.
Ternyata itu pemuda dibalik senja.
Wajahnya sedikit terhalang matahari.
Setelah aku sadar, ternyata itu memang dia.
Tersenyum bersama senja.
Senja yang dulu pernah diperlihatkan kepadaku.
Senja yang mulai pudar.

Rabu, 11 Februari 2015

long gone and moved on

Cause i still don't know how to act
Don't know what to say
Still wear the scars like it was yesterday

But you're long gone
And moved on
But you're long gone
And moved on

But i still don't know where to start
Still finding my way
Still talk about you like it was yesterday

But you're long gone
And moved on
But you're long gone
And moved on

Dinding pembatas

Sebuah persahabatan

Yang membatasi

Sebuah rasa